mampu.
Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Djoko Santoso, mahasiswa dari keluarga miskin akan mendapat biaya hidup dari beasiswa dan uang pendidikan dari pemerintah. “Jadi mereka hanya membawa badan saja ke kampusnya,” kata Djoko saat dihubungi, Selasa (7/12).
Sejalan dengan keinginan Menteri Nuh, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) juga sudah membebaskan mahasiswa tidak mampu dari biaya pendidikan dan biaya hidup selama berkuliah di sana. Menurut Rektor ITS, Priyo Suprobo, biaya hidup mahasiswa tidak mampu akan ditanggung kampus, orang tua asuh, atau beasiswa dari berbagai perusahaan, seperti PT Pelabuhan Indonesia III. Sedangkan biaya pendidikan sepenuhnya ditanggung ITS.
Untuk biaya hidup, setiap bulan ITS memberikan Rp 500 ribu per mahasiswa, orang tua asuh minimal Rp 500 ribu, dan dari perusahaan paling kecil Rp 750 ribu. “Setiap mahasiswa tidak mampu mendapat biaya hidup dari satu penyandang dana itu,” kata Priyo.
Biaya hidup yang berbentuk beasiswa itu, lanjut dia, jumlahnya memang berbeda-beda. “Antara Rp 150 ribu sampai Rp 2 juta per bulan.” Beasiswa yang paling kecil, Rp 150 per bulan, adalah beasiswa Supersemar. Untuk mahasiswa penerima beasiswa ini, ITS mengizinkannya untuk menerima beasiswa yang lain. Alasannya, uang Rp 150 ribu itu belum bisa mencukupi biaya hidup mahasiswa.
Namun beasiswa itu akan dicabut bila prestasi si anak mengalami penurunan selama dua semester berturut-turut. “Indeks prestasinya tidak boleh di bawah 2,75,” kata dia.
Mengenai permintaan Menteri Nuh untuk menyediakan 20 persen bangku bagi calon mahasiswa yang tidak mampu, Priyo tidak keberatan. Bahkan menurutnya, selama 5 tahun terakhir, ITS mencari sendiri calon mahasiswa tidak mampu di sekolah-sekolah. “Kami buka pendaftaran di sekolah seluruh Indonesia.”
sumber: tempointeraktif.com
0 komentar:
Posting Komentar